Elang Gumilang, tidak berubah sejak 8
tahun lalu saya mengenalnya, tetap bersahaja.. Setiap yang keluar dari
mulutnya selalu bermakna.
Ditulis oleh Saptuari Sugiharto
Dipublikasikan pertama kali di Group Facebook Belajar Wirausaha Bareng Saptuari
Sudah enam kali saya tidur sekamar
dengannya, ketika dulu kami mengisi seminar bareng di berbagai kota.
Ngobrol hingga larut malam, mendengar visinya tentang ekonomi Islam yang
selalu membuat saya mendengkur duluan. Ilmunya melesat jauh di depan,
visinya sudah 100 km ketika saya masih 1 km.
Tiap pagi di kamar dia yang minta ijin
sholat dhuha duluan, khusuk diatas sajadah kecilnya. Sejak remaja sudah
menempa hidupnya jualan donat, jualan minyak, sampai ketika kuliah IPB,
tidak malu jualan lampu di kampusnya. Semua jadi ilmu yang menempa
hidupnya.
Elang Gumilang, yang namanya ketika
dipanggil sebagai pemenang pertama ajang bergengsi entrepreneur 2007,
dia langsung sujud syukur di atas panggung, disaksikan 2000 lebih pasang
mata di JCC, di usianya yang baru 22 tahun sudah berbisnis property dan
membangun ratusan rumah sederhana untuk masyarakat bawah di Bogor.
Selalu menganggap dirinya orang kampung,
ketika dulu harus tidur dipinggir sumur, bersebelahan dengan knalpot
motor, akhirnya dia sering tidur di masjid agar dapat tempat yang lebih
lega, sekaligus dia bisa mewakafkan waktunya disela kuliah membersihkan
masjid.
Obrolan panjang kami berlanjut kemarin siang di kantornya yang megah di pinggiran kota Bogor.
“Sejak bisnis dulu saya mengandalkan
hutang bank konvensional mas, bertahun-tahun gak terasa hutang saya 40
Milyar. Sebulan saya harus membayar 600 juta ke bank, dan hutang
pokoknya hanya berkurang sebagian, selebihnya adalah bunga…” Dia mulai bercerita. Saya mulai memasang frekuensi telinga di radar paling tinggi untuk menangkap semua ceritanya.
“Kita yang terus menggerakkan bisnis
ini, susah payah, tapi ketika kita belum ada penjualan bank tidak mau
tau, kita tetap dipaksa harus membayar. Setiap saya lihat laporan
keuangan, hutang saya tidak berkurang banyak, beban bunganya justru
makin bertambah.” Lanjutnya.
“Akhirnya saya memutuskan harus segera meninggalkan riba ini, mencari cara lain berbisnis tanpa hutang bank..”
“Proses detailnya gimana Lang?” Tanya saya.
“Tidak semua langsung lunas mas, saya
pun bertahap satu-satu. Pertama: saya memindahkan hutang saya di Bank
Syariah, dengan akad setiap bulan bunganya tidak lebih besar dari
pokoknya, dan ternyata bisa, tiap bulan pokok hutang saya terus menurun”
“Mmmmm…”
“Kedua: saya mulai fokus menggenjot
penjualan rumah saya mas, permintaan juga makin banyak, setiap ada
pemasukan langsung buat ngelunasin hutang.”
“Mmm.. Yayaya, terus?”
“Ketiga: Karena ijin sudah lengkap,
tanah yang di akuisisi juga makin bertambah, ada tawaran akuisisi proyek
dari Sedco Saudi Arabia senilai 270 Milyar mas, saya sudah tidak mau
melibatkan bank. Lalu saya menerbitkan Sukuk (Obligasi Syariah) senilai
400 Milyar. Proyek Perumahan itu bisa senilai dua kali lipatnya kalo
jadi nanti. Dan Allah benar-benar mudahkan mas, Garuda gabung membeli
sukuknya 80 Milyar, Pertamina 90 Milyar dan lain-lain, sampai total
modal 400 Milyar terkumpul, hutang saya di bank pun sudah lunas semua.”
“Wow! Gimana sistem bagi hasilnya Lang?”
“Perjanjian sesuai DSN (Dewan Syariah
Nasional) yaitu Sukuk Ijarah (Sewa), 14% dalam tempo 2 tahun. Kalo
dengan pajak, biaya2 sekitar 20%. Jadi misal kalau Telkom membeli Sukuk
saya 80 Milyar, tahun kedua akan mendapatkan 96 Milyar.”
Acquisition process of PT. Manakib Rezeki from Sedco Capital
“Kalo misal rugi dan tidak terbayar lang?”
“Nanti asset dilelang mas, itulah
adilnya sesuai syar’i, misal semua asset laku 600 Milyar, semua pembeli
sukuk akan kebagian dari total 400 Milyar + 20%nya = 480 Milyar, yang
sisanya 120 Milyar itulah asset perusahaan saya.”
“Mmmm.. Yayaya saya tambah ilmu lagi.”
Saya membolak-balik laporan penilaian asset usahanya yang sudah dibuat
dan dilaporkan OJK. Tiga tahun lalu masih diangka 11 digit, tahun ini
assetnya sudah tembus 12 digit..
Saya tidak kaget.. Saya tidak iri.. Ini semua sudah seperti yang Elang katakan jauh-jauh hari kepada saya dulu.
“Mas baca deh Quran Ali Imran 26,
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
“Semua ini milik Allah mas, kerajaan ini
milik Allah, saya hanya mengelola saja, dan sewaktu-waktu Allah akan
ambil jika Allah berkehendak. Ketika saya mantap meninggalkan riba,
Allah kasih jalan lain yang lebih baik, asset saya tidak berkurang,
justru makin bertambah..” Lanjut Elang.
Usianya masih 30 tahun sekarang, namun
kemantapkan pola pikirnya sudah sangat matang. Ketika godaan kemewahan
yang datang melanda, berapa banyak pengusaha yang tergelincir ketika
tidak mampu menahan hawa nafsunya.
Kami berjalan keluar, Elang mengajak saya ke lokasi satu perumahannya.
“Ini satu komplek termasuk rumah untuk
saya dan keluarga saya mas, itu disana nanti rumah saya berdampingan
dengan bapak ibu, masjid di tengah kompleks ini senilai 3 Milyar akan
segera jadi mas, disana sudah siap sekolah untuk anak-anak yatim dan
duafa, bagian belakang adalah tempat tinggal mereka. Sekarang 23 orang
tinggal di rumah saya, besok kalo sudah jadi bisa menampung 100 anak
disini semua.”
Sore menjelang ketika saya belajar pada
mantan penjual donat ini, wajahnya makin matang namun tetap bersahaja.
Ternyata Sampai sekarang puasa senin kamis masih rutin dijalaninya. Jika
dia mau, membeli Ferrari atau Lamborghini seharga 5 Milyar cash pun dia
sanggup melakukannya.
Dia memilih cukup naik Honda CRV
kemana-mana, hanya mobil biasa.. yang akan langsung berbelok ke masjid
terdekat ketika panggilan adzan terdengar di telinganya.. Subhanallah
Ditulis oleh Saptuari Sugiharto
Dipublikasikan pertama kali di Group Facebook Belajar Wirausaha Bareng Saptuari